Dewasa ini, remaja sering dikaitkan
dengan kenakalan, pelanggaran, dan perilaku negatif lainnya. Sekolah
sebagai wahana mendidik siswa memiliki tanggung jawab yang besar dalam
mengawal perilaku siswa hingga menjadi manusia yang berakhlak mulia.
Salah satunya adalah melalui pelajaran Pendidikan Agama Islam yang di
dalamnya mengajarkan tata cara beribadah dan berperilaku/berakhlak yang
baik. Namun, di sisi lain siswa seringkali menganggap sepele terhadap
pelajaran tersebut, karena dianggap pelajaran kurang penting karena
bukan pelajaran yang masuk kategori ujian nasional (UN).
Keadaan ini memacu guru untuk
membelajarkan PAI dengan cara yang menyenangkan, agar dapat doterima
oleh siswa. Mengingat PAI merupakan pondasi bagi perjalanan hidup
anak-anak ke depan. Guru memilih metode kuantum sebagai cara untuk
membelajarkan PAI, karena konsep metode kuantum adalah mendekatkan dunia
sebenarnya ke dalam dunia siswa dan membawa dunia siswa ke dunia yang
sebenarnya.
Kegiatan pembelajaran diawali dengan
proses TUMBUHKAN, yakni menumbuhkan rasa ingin tahu siswa melalui
pertanyaan-pertanyaan pancingan dan menumbuhkan motivasi belajar siswa
dengan menunjukkan fakta-fakta tentang remaja saat ini. Proses kedua
yaitu ALAMI, yakni selama proses belajar mengajar siswa dimintan memakai
lima kata ajaib yang harus sering digunakan yaitu: salam, maaf, tolong,
permisi, dan terima kasih. Tahap ketiga adalah DEMONSTRASIKAN, yakni
mendemonstrasikan bersama topik/KD pembelajaran dengan cara berkelompok
dan individu. Tahap keempat adalah ULANGI, siswa diminta mengulangi
kembali apa-apa yang telah dipahami. Tahap terakhir adalah RAYAKAN,
yakni memberikan penghargaan atas keberhasilan proses belajar. Perayaan
bisa dilakukan dengan tepuk tangan bersama, menyanyi bersama, atau
memberi penghargaan lainnya disesuaikan dengan situasi dan kondisi saat
pembelajaran.
Siswa praktik mengafani jenazah |
Siswa praktik shalat jenazah |
Siswa melakukan presentasi |
Siswa praktik menjadi dai/penceramah |
Setelah seluruh proses terlampaui, guru
meminta siswa memberi kesan terhadap pembelajaran dan terhadap gurunya.
Respon siswa terhadap guru, siswa menganggap guru tidak muda marah,
menerangkan dengan jelas, humoris, mau membantu siswa, komunikatif
dengan siswa, perhatian kepada siswa, tidak pilih kasih, tegas tapi
tidak kaku, memiliki disiplin tinggi serta menguasai materi. Siswa
merasa senang belajar dan termotivasi selama pembelajaran, mereka bangga
bila dapat menjalankan perennya dengan baik ketika mendemonstrasikan,
mereka pun merasa lebih memahami materi yang dipraktikkan bersama.
(WAPIK-Unesa/arm).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar