Entri Populer

Minggu, 01 Februari 2015

iman kepada hari akhir

Kiamat merupakan peristiwa dasyat yang maha luar bisa di alam semesta, karena setelah peristiwa tersebut tidak ada lagi kehidupan di muka bumi. Semua mahluk Allah dari manusia, binatang, dan segala is bumi akan binasa. Hanya seizin Allah Zat Yang Maha Hidup. Lalu kenapa Peristiea itu terjadi????? Semua tidak ada yang mengetahui kecuali Aalh SWT. Namun meski Allah merahasiakan waktu datangnya hari kiamat, Allah telah mewahyukan kepada nabi Muhammad SAW, sejumlah peristiwa dan pertanda tertentu datangnya Hari Kiamat. Sejumlah pertanda tertentu menunjukan datangnya hari kiamat . Sejumlah pertanda mengisyaratkan sangat dekatnya hari kiamat itu antara lain dari peperangan dan kekacauan yang jumlahnya semakin meningkat hingga menghancurkan kota –kota besar, dari gempa hingga perkembangan imlu pengetahuan dan teknologi. Apa lagi tanda-tanda hari kiamat itu?? Untuk mengetahuai Simak materi berikut ini : A. Pengertian Iman Kepada Hari Kiamat Yang di maksud beriman kepada hari kiamat/ akhir adalah mempercayai bahwa seluruh alam semesta dan segala isinya pada suatu saat nanti akan mengalami kehancuran dan mengakui bahwa setelah kehidupan di dunia ini akan ada kehidupan yang kekal yakni di akhirat nanti. Keperayaan kepada hari kiamat merupakan masalah sam’iyyat, yakni masalah yang kita ketahui dan kita percayai berdasarkan dalil yang ada dalam Al-Quran dan hadis. Hari akhir yakni hari dimana seluruh kehidupan yang ada di alam semesta ini berakhir, hanya Allah-lah yang maha kekal. Berikut dalil yang menjelaskan adanya hari akhir Yakni: 1. Surat An-Naml Ayat 87 “ Dan (ingatlah) hari (ketika) di tiup sangkakala, maka terkejutlah segala yang ada di bumi, di langit dan segala yang ada di bumi, kecuali siapa yang di kehendaki Allah SWT. Dan semua akan datang menghadap-Nya dengan merendahkan Diri.” 2. Surat Al-Infitar ayat 1-3 “Apabila langit terbelah , dan bintang- bintang jatuh berserakan, dan apabila lautan di jadikan meluap” 3. Sutat Al- Muzzamil ayat 14 “Pada haribumi dan gunung-gunung bergoncangan, dna menjadikan gunung-gunung itu tumpukan- tumpukan pasir yang berterbangan”. Materi Pendidikan Agama Beriman Kepada Hari Kiamat B. Kiamat Sugra dan Kiamat Kubra 1. Kiamat Sugra Kiamat Sugra berarti kiamat kecil. Seperti kematian, gempa bumi, gunung meletus, banjir dan lain-lain. Kiamat sugra di sebit juga kiamat kecil, yaitu berakhirnya kehidupan masing- masing mahluk. Setiap mahluk yang hidup akan menemui kematian. Binatang- binatang akan mati setelah masa hidupnya selesai. Tumbuh- tumbuhan juga akan mengalami hal yang sama, demikian juga manusia. Hal itu seperti yang di jelaskan Alaah dalam surah Ali Imran Ayat 185,“ Tiap –tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Dan Sesungguhnya pada hari kiamat sajalahdi sempurnakan pahalamu. Barang siapa di jatuhakan dari neraka dan di masukan ke dalam surga, maka sesungguhnya iatelah beruntung. Kehidupan dunia itu tidak lain hanya kesenangan yang memberdayakan.” Kematian adalah terpisahnya antara jasmani dan rohani. Jasmani kembali ke asala yakni tanah. Dan rohan kembali kealam kubur (alam Barzah). Alam kubur adalah alam tempat hidup umat manusia setelah mati sampai merea kembali di bangkitkan oleh Allah dan tiba waktunya hari perhitungan atas amal perbuatan mereka ketika di dunia. Ada dua kelompok manusia di Alam barzah, yaitu : a. Kelompok yang memperoleh kenikmatan dan rida Allah SWT. Adalah kempok orang mukmin yang saleh. Ia akan bisa menjawab semua pertanyaan yang i ajukan dengan baik tanpa ada rasa takut dan gentar. Kemudian Allah SWT, memperlihatkan kepadanya salah satu pintu surga tempat tinggalnya nanti yang penuh dengan kebahagiaan dan kenikmatan. b. Kelompok yang memperoleh murka dari Allaw SWT. Adalah kelompok orang –orang yang kafir . Ia mendengar segala pertanyaan malaikat Mungkar dan malaikat Nangkir itu, tetapi ia tidak bisa menjawabnya. Kemudian AllahSWT, memperlihatkan kepadanya salah satu pintu neraka dengan berbagai macam siksaan. 2. Kiamat Kubra Kiamat Kubra ( kerusakan besar) adalah hancurnya Alam semesta dengan segala isinya. Keadaan alam semesta dan segala isinya pada waktu terjadi kiamat banyak di jelaskan Allah dalam Al-Quran. Kapankah terjadinya hari kiamar kubra itu ? Hanya Allah saja yang mengetahui. Tidak ada satu mahluk pun yang mengetahuinya termasuk para malaikat Allah. Setelah kiamat kubra terjadi maka malaikat Israfil akan meniup sangkakala untuk yang kedua kalinya. Hal ini pertanda Allah akan membangkitkan dan menghidupkan kembali manusia yang paling akhir yang hidup du muka bumi akan bangkitnya dari alam kubur. Peristiwa ini di namakan Yaumul ba’ast. C. Tanda- tanda Hari Kiamat Tanda – tanda kiamat ada 2 yakni: 1. Tanda –tanda Kecil Tanda-tanda kecil hari kiamat antara lain: a. Hamba sahaya perempuan di kawini oleh tuannya. b. Ilmu agama di anggap sudah tidak penting lagi. c. Tersebarnya perzinaan karena memperoleh izin dari penguasa. d. Minuman keras merajalela. e. Jumlah wanita lebih banyak daripada laki- laki dengan perbandingan 50:1. f. Adanya dua golongan besar yang saling membunuh, tetapi sama-sama mengaaku dirinya memperjuangkan agama islam. g. Lahirnya Dajal ( tukang dusta) yang mengaku dirinya utusan Allah SWT, dan banyak berbohong serta menipu dan menganggap baik sesuatu yang buruk dna menggambarkan sesuatu tidak baik dengan gambaran yang memikat hati. h. Banyak terjadi gempa bumi i. Fitnah muncul di mana- mana j. Pembunuhan merajalela k. Banyak manusia yang menginginkan dirinya mati. 2. Tanda – tanda Besar Tanda-tanda besar kiamat antara lain: a. Matahri muncul dari barat b. Munculnya binatang ajaib yang bisa berbicara c. Rusaknya Kakbah d. Lenyapnya Al-Quran e. Seluruh manusia menjadi kafir f. Munculnya Yakjut Makjut D. Kehidupan Setelah Hari Kiamat 1. Yaumul Ba’ast Yaumul ba’ast adalah bangitnya seluruh mahluk hidup dari kuburnya. Semua manusia bi bangkitkan dari kubur . Kebangkitan ini di tandai dengan peniupan sangkakala oleh malaikat Israil. 2. Yaumul Mahsyar Pada saat itu mausia di kumpulkan di suatu tempat yang sangat luas yang dinamakan Padang Mahsyar. Di tempat inilah seluruh manusia di kumpulkan oleh Allah. 3. Yaumul Hisab Setelah semua manusia di kumpulkan di padang makhsyar maka mereka akan di hisab, di hitung dan di timbang semua amal perbuatan ketika di dunia. Pada saat itulah keadilan Allah akan benar- benar terbukti semua amal perbuatannya karna Allah maha Adil. Pada saat itulah manusia tidak bisa mengelak atas semua perbuatannya pada saat di dunia. Dan mereka akan mendapatkan balasan atas masing- masing perbuatannya ketika di dunia dan tidak ada satu pun yang di rugikan. 4. Yaumul Jaza’ Setelah tahap penghitungan selesai, maka tibalah saatnya putusan Allah untuk memberi balasan. Inilah yang di namakan Yaumul Jaza’. Pada saat itu, Allah akan memberikan balasan secara adil kepada semua manusia sesuai dengan amal perbuatannya pada saat di dunia.

iman kepada rasul allah

Nabi Dan Rasul Selain istilah Rasul kita juga mengenal istilah Nabi. Nabi berasal dari kata Naba yang artinya ditinggikan atau kata Naba yang berarti berita. Dengan ini dapat disimpulkan bahwa Nabi adalah orang yang ditinggikan derajatnya oleh Allah SWT dengan memberinya wahyu (berita). Menurut istilah, Nabi berarti manusia biasa, laki-laki, yang dipilih oleh Allah SWT untuk menerima wahyu. Rasul berasal dari kata arsala yang artinya mengutus. Rasul berarti seorang laki-laki yang diberi wahyu dan diutus oleh Allah SWT untuk menyampaikan Risalah (syariat) kepada umatnya. Dari sini dapat dipahami tentang perbedaan Nabi dan Rasul, yaitu terletak pada kewajibannya menyampaikan Risalah atau syariat kepada umatnya. Nama-Nama Rasul Allah SWT Pada setiap kaum pasti terdapat satu Rasul yang akan membimbing umatnya menuju jalan kebenaran dan untuk mendapatkan ridha dari Allah SWT. Jumlah Rasul yang perlu kita ketahui ada 25 sebagai berikut : Nabi Adam AS (Baca Kisah Adam AS yang Sebenarnya) Nabi Idris AS Nabi Nuh AS Nabi Hud AS Nabi Shalih AS Nabi Ibrahim AS (Baca Kisah : Asal Usul Nabi Ibrahim AS) Nabi Luth AS Nabi Ismail AS Nabi Ishak AS Nabi Yaqub AS Nabi Yusuf AS Nabi Ayub AS Nabi Dzulkifli AS Nabi Syu’aib AS Nabi Musa AS Nabi Harun AS Nabi Dawud AS Nabi Sulaiman AS Nabi Ilyas AS (Baca Kisah Nabi Ilyas AS Dengan Pria Buta) Nabi Ilyasa AS Nabi Yunus AS Nabi Zakaria AS Nabi Yahya AS Nabi Isa AS Nabi Muhammad SAW Sifat-Sifat Rasul Allah SWT Rasul manusia pilihan Allah memiliki sifat untuk menunjang dakwah yang mereka emban kepada seluruh umatnya. Seorang Rasul selalu berhati-hati dalam bertindak dan berperilaku, karena mereka adalah teladan yang mengemban amanah yang mulia dari Allah SWT. Sifat-Sifat tersebut adalah sifat yang wajib ada pada Rasul Allah, yaitu sebagai berikut : Siddiq, siddiq berarti jujur. Nabi dan Rasul utusan Allah SWT merupakan manusia yang jujur. Mereka menyampaikan apa yang diwahyukan oleh Allah SWT kepada umatnya. Tidak ada risalah atau syariat yang disembunyikan atau tidak disampaikan kepada umatnya. Amanah, berarti dapat dipercaya. Nabi dan Rasul memiliki sifat amanah. Oleh karena Nabi dan Rasul memiliki sifat jujur, mereka dapat dipercaya. Kejujuran yang dimiliki oleh Nabi dan Rasul menyebabkan mereka dipercaya. Mereka menjaga dan melaksanakan amanah yang diterima kapan pun dan di mana pun berada. Tablig, Rasul Allah SWT dikaruniai sifat tablig yang berarti menyampaikan. Apa yang diterima dari Allah SWT disampaikan kepada umatnya. Rasul tidak mengurangi sedikit pun perintah yang diterima dari Allah SWT. Fatanah, Rasul Allah SWT memiliki sifat Fatanah yang berarti cerdas. Dalam menjalankan dakwah, Rasul sering menemui halangan dan rintangan. Halangan dan rintangan harus dihadapi dan dicarikan jalan keluarnya. Diperlukan kecerdasan dan kejernihan pikiran agar dapat keluar dari tantangan yang dihadapi. Oleh karena itu Allah SWT mengaruniai Nabi dan Rasul-Nya sifat Fatanah. Rasul Ulul Azmi Ulul Azmi adalah gelar yang diberikan kepada Rasul yang memiliki ketabahan dan keuletan luar biasa dalam menyampaikan Risalah atau syariat kepada umatnya. Rasul dengan gelar Ulul Azmi ada lima : Nabi Nuh AS (Baca Kisah Nabi Nuh AS dan Kaumnya Yang Durhaka) Nabi Ibrahim AS Nabi Musa AS Nabi Isa AS Nabi Muhammad SAW Meneladani Sifat Rasulullah SAW Rasulullah SAW merupakan orang yang harus kita teladani karena beliau mempunyai sifat-sifat yang istimewah yang patut kita teladani. Allah SWT berfirman dalam surat Al-Ahzab ayat 21 : “Sungguh, telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu”. (QS. Al-Ahzab : 21). Adapun sifat-sifat keteladanan dari Rasulullah SAW adalah : Sangat sederhana, Nabi Muhammad SAW adalah pemimpin besar yang sangat sederhana. Ketika tidur pun Beliau hanya menggunakan selembar tikar terbuat dari anyaman daun kurma. Pemimpin yang dicintai, sebagai pemimpin Nabi Muhammad SAW terkenal adil dan bijaksana. Beliau mengantarkan suatu keadaan masyarakat yang gelap gulita (jahiliah) menjadi masyarakat yang terang benderang. Apabila berbicara, bicaranya jelas sehingga orang yang mendengarkannya akan paham. Apabila berkata-kata selalu diiringi dengan senyum. Nabi Muhammad SAW adalah orang yang paling memerhatikan kebersihan. Apabila selesai makan, Beliau selalu mengucapkan : “Segala puji bagi Allah yang telah memberi makan dan menghilangkan haus dan semoga Allah menjadikan kita sebagai orang yang pasrah”. Apabila menyuruh melakukan sesuatu, Beliau pasti sudah mengerjakannya terlebih dahulu. Beliau mengembangkan silaturahmi tidak hanya kepada keluarga tetapi juga kepada semua orang. Rasulullah SAW tidak pemarah dan tidak pendendam. Beliau adalah orang yang sangat penyayang. Sabda Nabi Muhammad SAW : “Kasihanilah orang yang di bumi, niscaya yang di langit akan mengasihanimu”. (HR. Tabrani)

iman kepada kitab allah

Pengertian iman kepada kitab-kitab Allah adalah mempercayai dan meyakini sepenuh hati bahwa Allah SWT telah menurunkan kitab-kitabnya kepada para nabi atau rasul yang berisi wahyu Allah untuk disampaikan kepada seluruh umat manusia. Dalam Al Qur’an disebutkan bahwa ada 4 kitab Allah. Taurat diturunkan kepada nabi Musa a.s, Zabur kepada nabi Daud a.s, Injil kepada nabi Isa a.s, dan Al Qur’an kepada nabi Muhammad SAW. Al Qur’an sebagai kitab suci terakhir memiliki keistimewaan yakni senantiasa terjaga keasliannya dari perubahan atau pemalsuan sebagaimana firman Allah berikut. Artinya : “ Sesungguhnya Kami yang menurunkan Al Qur’an dan Sesungguhnya Kami yang memeliharanya.” (Al Hijr : 9) lihat al-Qur’an online di Goole, A. Pengertian Kitab dan Suhuf Kitab yaitu kumpulan wahyu Allah yang disampaikan kepada para rasul untuk diajarkan kepada manusia sebagai petunjuk dan pedoman hidup. Suhuf yaitu wahyu Allah yang disampaikan kepada rasul, tetapi masih berupa lembaran-lembaran yang terpisah. Ada persamaan dan perbedaan antara kitab dan suhuf Persamaan Kitab dan suhuf sama-sama wahyu dari Allah. Perbedaan 1. Isi kitab lebih lengkap daripada isi suhuf 2. Kitab dibukukan sedangkan suhuf tidak dibukukan. Allah menyatakan bahwa orang mukmin harus meyakini adanya kitab-kitab suci yang turun sebelum Al Qur’an seperti disebutkan dalam firman Allah berikut ini. Artinya : “Wahai orang-orang yang beriman, tetaplah beriman kepada Allah dan rasul-Nya dan kepada kitab yang Allah turunkan kepada rasul-Nya, serta kitab yang Allah turunkan sebelumnya”. (QS An Nisa : 136) lihat al-Qur’an online di Goole, Selain menurunkan kitab suci, Allah juga menurunkan suhuf yang berupa lembaran-lembaran yang telah diturunkan kepada para nabi seperti Nabi Ibrahim a.s dan nabi Musa a.s. Firman Allah SWT . Artinya : “ (yaitu) suhuf-suhuf (kitab-kitab) yang diturunkan kepada Ibrahim dan Musa” (Al A’la : 19) lihat al-Qur’an online di Goole, Kitab-kitab Allah berfungsi untuk menuntun manusia dalam meyakini Allah SWT dan apa yang telah diturunkan kepada rasul-rasul-Nya sebagaimana digambarkan dalam firman Allah SWT berikut. Artinya : “Katakanlah (hai orang-orang mukmin), kami beriman kepada Allah dan apa yang diturunkan kepada kami dan apa yang diturunkan kepada Ibrahim, Ismail, Ishak, Yakub, dan anak cucunya dan apa yang kami berikan kepada Musa dan Isa seperti apa yang diberikan kepada nabi-nabi dari Tuhannya. Kami tidak membeda-bedakan seorang pun diantara mereka dan kami hanya patuh kepada-Nya.” (QS Al Baqarah : 136) lihat al-Qur’an online di Goole , B. Prilaku yang mencerminkan Keimanan Kepada Kitab Allah 1. Meyakini bahwa Kitab Allah itu benar datang dari Allah. 2. Menjadikan kitab Allah sebagai Pedoman (hudan) khusus kitab yang diturunkan kepada kita 3. Memahami isi kandungannya. 4. Mengamalkan dalam kehidupan sehari-hari Umat manusia, khususnya umat muslim harus meyakini bahwa Allah SWT telah menurunkan kitab-kitab Nya kepada para nabi atau Rasul sebagai pedoman hidup bagi umatnya masing-masing. Al Qur’an sebagai kitab Allah yang terakhir dan penyempurna sebelumnya telah diturunkan kepada nabi Muhammad SAW. Upaya memahami isi kandungan Al Qur’an, ada beberapa tahapan yang perlu kita jalani antara lain sebagai berikut. 1. Tahap pertama, kita harus mengetahui dan memahami filosofi Islam sebagai agama yang mendapat ridha Allah SWT. 2. Tahap kedua, kita harus mengetahui tata krama membaca Al Qur’an. 3. Tahap ketiga, kita harus mengetahui bahwa di dalam Al Qur’an itu banyak sekali surah atau ayat yang mengandung perumpamaan atau berupa perumpamaan. 4. Tahap keempat, kita harus mempergunakan akal ketika mempelajari dan memahami Al Qur’an. 5. Tahap kelima, kita harus mengetahui bahwa didalam Al Qur’an banyak sekali surah atau ayat yang mengandung hikmah atau tidak bisa langsung diartikan, akan tetapi memiliki arti tersirat. 6. Tahap keenam, kita harus mengetahui bahwa Al Qur’an tidak diturunkan untuk menyusahkan manusia dan harus mendahulukan surah atau ayat yang lebih mudah dan tegas maksudnya untuk segera dilaksanakan. 7. Tahap ketujuh, kita harus mengetahui bahwa ayat-ayat didalam Al Qur’an terbagi dua macam (QS Ali Imran : 7) yaitu pertama, ayat-ayat muhkamat yakni ayat-ayat yang tegas, jelas maksudnya dan mudah dimengerti. Ayat-ayat muhkamat adalah pokok-pokok isi Al Qur’an yang harus dilaksanakan oleh manusia dan dijadikan sebagai pedoman dalam kehidupannya. Kedua, ayat-ayat yang mutasyabihat adalah ayat-ayat yang sulit dimengerti dan hanya Allah yang mengetahui makna dan maksudnya. 8. Tahap kedelapan, kita harus menjalankan isi kandungan Al Qur’an sesuai dengan keadaan dan kesanggupannya masing-masing (QS 12 : 22, 4 : 36, 65 : 7, 2 : 215, 3 : 92, 2 : 269). B. Hikmah Iman Kepada Kita Allah Ada hikmah yang bisa direnungi mengapa Allah menurunkan Al Qur’an kepada umat manusia yang diantaranya adalah sebagai berikut. 1. Menjadikan manusia tidak kesulitan, atau agar kehidupan manusia menjadi aman, tenteram, damai, sejahtera, selamat dunia dan akhirat serta mendapat ridha Allah dalam menjalani kehidupan. (keterangan selanjutnya lihat QS Thaha : Artinya: Kami tidak menurunkan Al Quran ini kepadamu agar kamu menjadi susah; 1. Untuk mencegah dan mengatasi perselisihan diantara sesama manusia yang disebabkan perselisihan pendapat dan merasa bangga terhadap apa yang dimilkinya masing-masing, meskipun berbeda pendapat tetap diperbolehkan (keterangan selanjutnya lihat QS Yunus : 19. Artinya: Manusia dahulunya hanyalah satu umat, kemudian mereka berselisih. Kalau tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dari Tuhanmu dahulu, pastilah telah diberi keputusan di antara mereka], tentang apa yang mereka perselisihkan itu. lihat al-Qur’an online di Goole, 1. Sebagai petunjuk dan rahmat bagi orang-orang yang beriman dan bertakwa (keterangan selanjutnya lihat QS Ali Imran : 138, Artinya: (Al Quran) ini adalah penerangan bagi seluruh manusia, dan petunjuk serta pelajaran bagi orang-orang yang bertakwa. lihat al-Qur’an online di Goole, 1. Untuk membenarkan kitab-kitab suci sebelumnya (keterangan selanjutnya lihat QS Al Maidah : 48, Artinya: Dan Kami telah turunkan kepadamu Al Quran dengan membawa kebenaran, membenarkan apa yang sebelumnya, yaitu kitab-kitab (yang diturunkan sebelumnya) dan batu ujian terhadap kitab-kitab yang lain itu; maka putuskanlah perkara mereka menurut apa yang Allah turunkan dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka dengan meninggalkan kebenaran yang telah datang kepadamu. Untuk tiap-tiap umat diantara kamu, Kami berikan aturan dan jalan yang terang. Sekiranya Allah menghendaki, niscaya kamu dijadikan-Nya satu umat (saja), tetapi Allah hendak menguji kamu terhadap pemberian-Nya kepadamu, maka berlomba-lombalah berbuat kebajikan. Hanya kepada Allah-lah kembali kamu semuanya, lalu diberitahukan-Nya kepadamu apa yang telah kamu perselisihkan itu, lihat al-Qur’an online di Goole, 1. Untuk menginformasikan kepada setiap umat bahwa nabi dan rasul terdahulu mempunyai syariat (aturan) dan jalannya masing-masing dalam menyembah Allah (keterangan selanjutnya lihat Al Hajj : 67 Artinya: Bagi tiap-tiap umat telah Kami tetapkan syari’at tertentu yang mereka lakukan, maka janganlah sekali-kali mereka membantah kamu dalam urusan (syari’at) ini dan serulah kepada (agama) Tuhanmu. Sesungguhnya kamu benar-benar berada pada jalan yang lurus. lihat al-Qur’an online di Goole, 6 Untuk menginformasikan bahwa Allah tidak menyukai agama tauhid Nya (islam) dipecah belah (keterangan selanjutnya lihat QS Al Hijr : 90-91, Al Anbiya : 92-93, Al Mukminun : 52-54, Ar Rum : 30-32, Al Maidah : 54, an An Nisa : 150-152 7. Untuk menginformasikan bahwa Al Qur’an berisi perintah-perintah Allah, larangan-larangan Allah, hukum-hukum Allah, kisah-kisah teladan dan juga kumpulan informasi tentang takdir serta sunatullah untuk seluruh manusia dan pelajaran bagi orang yang bertakwa. 8. Al Qur’an adalah kumpulan dari petunjuk-petunjuk Allah bagi seluruh umat manusia sejak nabi Adam a.s sampai nabi Muhammad SAW yang dijadikan pedoman hidup bagi manusia yang takwa kepada Allah untuk mencapai islam selama ada langit dan bumi (keterangan selanjutnya lihat QS Maryam : 58, Ali Imran : 33 & 88-85, Shad : 87, dan At Takwir : 27) Manusia ingin mencapai kehidupan yang selamat sejahtera, baik didunia maupun di akhirat harus menggunakan pedoman hidup yang lurus dan benar yaitu Al Qur’an (keterangan selanjutnya lihat QS Maryam : 58, Ali Imran : 33 & 84-85, dan At Takwir : 27).

iman kepada malaikat

Iman Kepada Malaikat IMAN KEPADA MALAIKAT Dari segi etimologi iman artinya percaya dan membenarkan. Iman berasal dari kata amana-yu’minu imanan. Pengertian secara terminologi memiliki arti meyakini di dalam hati, mengucapkan dengan lisan (lidah) dan mengaplikasikan dalam perbuatan sehari-hari Dari penjelasan di atas, dapat dipahami bahwa iman mencakup tiga aspek, yaitu pembenaran dalam hati, ucapan dengan lisan dan pembuktian dengan amal perbuatan. Ketiganya merupakan satu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan. Salah satu aspek keimanan yang harus kita jalani adalah iman kepada hal-hal gaib. Di dalamnya termasuk makhluk yang bernama malaikat. Kata malaikat adalah jamak dari kata malakun yang artinya utusan. Menurut terminologi malaikat adalah makhluk rohani yang bersifat gaib, diciptakan dari nur, selalu taat, tunduk serta patuh kepada Allah SWT dan tidak pernah ingkar kepadanya. Mereka tidak membutuhkan makan, minum atau tidur. Mereka tidak memiliki keinginan apapun secara fisik, serta menghabiskan waktunya siang dan malam hanya untuk mengabdi kepada Allah SWT. Beriman kepada malaikat berarti memercayai dengan sepenuh hati bahwa Allah SWT telah menciptakan makhluk bernama malaikat. Mengimani keberadaan malaikat merupakan hal yang sangat penting. Kepercayaan tersebut akan memurnikan amalan umat islam dari segala bentuk kesyirikan. Secara tersirat, QS Al Baqarah ayat 2-3 memberi penjelasan bahwa beriman kepada malaikat adalah pangkal keimanan kepada wahyu yang diturunkan Allah SWT kepada para rasul-Nya. Hal itu disebabkan, Allah SWT menurunkan wahyu kepada para rasul-Nya melalui perantara Malaikat Jibril. Demikian pula sebaliknya, jika ada orang yang mendustakan keberadaan malaikat berarti ia telah mendustakan wahyu dan kitab-kitab Allah SWT dan mendustakan risalah para rasul. Hikmah Beriman Kepada Malaikat 1. Tidak sombong, karena malaikat tidak punya sifat sombong 2. Memperkuat keimnan kepada Allah, karena malaikat senantiasa bertasbih kepada-Nya 3. Suka mendo’akan kebaikan dan ampunan bagi orang lain, sesuai degan sifat malaikat 4. Mengingat akan adanya balasan Allah pada saat malaikat mencabut nyawa 5. Menghindari keinginan untuk berbuat dosa karena malaikat selalu mencatat segala amal baik dan buruk manusia 6. Perbedaan Manusia Dengan Malaikat Manusia 1. Diciptakan dari tanah dan berjenis kelamin 2. Diciptakan lebih akhir dari malaikat 3. Tidak termasuk makhluk gaib 4. Ada yang ingkar kepada Allah 5. Diciptakan mempunyai nafsu 6. Berpasangan, memproduksi keturunan Malaikat 1. Diciptakan dari cahaya dan tidak berjenis kelamin 2. Diciptakan lebih dahulu 3. Termasuk makhluk gaib 4. Semua taat kepada Allah 5. Tidak mempunyai nafsu 6. Diciptakan tidak berpasangan Tugas Malaikat 1. Perantara untuk menyampaikan wahyu Allah Kepada para nabi dan rasul 2. Perantara untuk menguatkan hati orang beriman 3. Perantara dalam melaksanakan hukum Allah 4. Penolong dan mendoakan manusia 5. Memberikan pertolongan kepada manusia dalam hal kerohanian 6. Memberikan ilham kepada hati manusia untuk berprilaku baik 7. Mencatat segala perbuatan manusia 8. Mencabut nyawa manusia Macam-macam Malaikat Malaikat mempunyai jumlah yang tak terhitung banyaknya. Umat islam diwajibkan mengetahui sepuluh malaikat yang utama. Sepuluh malaikat tersebut memiliki tugasnya masing-masing, yaitu sebagai berikut ini. 1. Jibril Nama lainnya adalah Rūhul-Amin dan Ruhul-Qudus. Tugasnya adalah menyampaikan wahyu kepada para nabi dan rasul. Hal itu dijelaskan Allah Swt dalam QS Asy-Syu’ara ayat 193-195 : “Dia dibawa turun oleh Ar-Ruh Al-Amin (Jibril), ke dalam hatimu (Muhammad) agar kamu menjadi salah seorang di antara orang-orang yang memberi peringatan, dengan bahasa Arab yang jelas.” 2. Mikail Tugasnya adalah mengurusi kesejahteraan makhluk hidup. Misalnya, menurunkan dan mengalirkan hujan ke wilayah-wilayah yang diperintahkan Allah Swt., serta mengatur angin dan awan. Tidak ada setetes air pun yang turun dari langit, kecuali pada saat itu ada malaikat yang menentukan tempat menetesnya di muka bumi ini. QS Al-Baqarah ayat 98 Allah SWT berfirman “Barang siapa yang menjadi musuh Allah, malaikat-malaikat-Nya, rasul-rasul-Nya, Jibril dan Mikail, Maka Sesungguhnya Allah adalah musuh orang-orang kafir.” 3. Israfil Tugasnya adalah meniup sangkakala (trompet) yang menandai datangnya hari kiamat. Israfil meniup trompet itu sebanyak tiga kali. Tiupan pertama mengejutkan seluruh makhluk, tiupan kedua mematikan seluruh makhluk, dan tiupan ketiga membangkitkan umat manusia untuk menghadap sang pencipta. Allah Swt. berfirman dalam Al-Qur’an Surah Yasin Ayat 51 “Dan ditiuplah sangkalala*, Maka tiba-tiba mereka keluar dengan segera dari kuburnya (menuju) kepada Tuhan mereka.” *Tiupan ini adalah tiupan sangkalala yang kedua yang sesudahnya bangkitlah orang-orang dalam kubur. 4. Izrail Tugasnya adalah mencabut nyawa manusia dan semua makhluk hidup lainnya. Allah Swt. berfirman dalam Al-Qur’an Sura An-Nahl Ayat 31, “(yaitu) orang-orang yang diwafatkan dalam Keadaan baik* oleh Para Malaikat dengan mengatakan (kepada mereka): “Salaamun’alaikum**, masuklah kamu ke dalam syurga itu disebabkan apa yang telah kamu kerjakan”. *Maksudnya: wafat dalam Keadaan suci dari kekafiran dan kemaksiatan atau dapat juga berarti mereka mati dalam Keadaan senang karena ada berita gembira dari Malaikat bahwa mereka akan masuk syurga. **Artinya selamat sejahtera bagimu. 5. Munkar dan Nakir Munkar dan Nakir adalah dua malaikat yang menanyai manusia di alam kubur. Rasulullah bersabda dalam sebuah hadis berikut ini, “Sesungguhnya seorang hamba (yang meninggal) apabila telah diletakan di dalam kubur, dia mendengar suara sendal para pengantarnya yang pulang. Kemudian datanglah kepadanya dua orang malaikat. Mereka mendudukannya dan bertanya kepadanya (yang meninggal) “Bagaimana pendapatmu tentang orang ini (Muhammad) ?” Sesungguhnya orang mukmin akan menjawab, “Aku bersaksi bahwa dia adalah hamba Allah dan rasul-Nya.” Kemudian dikatakan kepadanya, “Lihat tempatmu di neraka, sesungguhnya Allah telah menggantikan buat kamu tempat di surga.” Maka ia melihat keduanya (surga dan neraka).” (HR. Bukhari dan Muslim) 6. Rakib dan Atid Dua malaikat tersebut mempunyai tugas menuliskan amal pekerjaan manusia sehari-hari. Pekerjaan baik dicatat oleh Malaikat Rakib yang ada di sebelah kanan manusia dan amal buruk dicatat oleh Malaikat Atid yang berada di sebelah kiri manusia. Allah Swt. berfirman dalam Al-Qur’an Surah Qaf Ayat 17-18, “ (yaitu) ketika dua orang Malaikat mencatat amal perbuatannya, seorang duduk di sebelah kanan dan yang lain duduk di sebelah kiri. Tiada suatu ucapanpun yang diucapkannya melainkan ada di dekatnya Malaikat Pengawas yang selalu hadir.” 7. Malik Malaikat Malik juga dikenal dengan Malaikat Zabaniyah. Ia bertugas menjaga neraka dan memimpin para malaikat penyiksa penghuni neraka. Allah Swt. berfirman dalam Surah Az-Zukhruf Ayat 77, “Mereka berseru: “Hai Malik* Biarlah Tuhanmu membunuh Kami saja”. Dia menjawab: “Kamu akan tetap tinggal (di neraka ini)”. *Malikadalah Malaikat penjaga neraka 8. Ridwan Bertruga menjaga surga sesuai firman Allah SWT dalam QS Az-Zumar : 73 “Lalu seluruh malaikat-malaikat itu bersujud semuanya” Menurut Abu A’la Al Maududi, seorang tokoh pembaru dari Pakistan, beriman kepada malaikat akan memurnikan dan mebebaskan konsep tauhid dari perbuatan-perbuatan syirik. Hal itu juga sejalan dengan beberapa hadis Nabi Muhammad Saw. yang melarang umat islam untuk menyambah malaikat.Dengan mengimani keberadaan malaikat, umat islam juga menyadari bahwa tugas-tugas dan kewajiban yang dijalankan malaikat sangat dekat dan berkaitan erat dengan kehidupan manusia. Dengan memahami hal itu, umat islam akan terdorong untuk mengerjakan amalan-amalan yang dihadiri dan didoakan malaikat atas perintah Allah Swt. Di antara amalan-amalan tersebut adalah.  Mengerjakan ibadah pada malam Lailatul Qadar.  Membaca Al-Qur’an dan berzikir kepada Allah Swt.  Mengerjakan kebajikan.  Menuntut ilmu yang bermanfaat.  Berjalan menuju masjid.  Mengerjakan salat berjamaah pada saf yang pertama.  Hadir lebih awal ketika mengerjakan salat jum’at.  Memberikan sedekah dan infak dalam kebaikan.  Mengerjakan ibadah haji dan wukuf di arafah.  Mengucapkan shalawat kepada Nabi Muhammad Saw.  Mengunjungi orang yang sakit.  Tidur dalam keadaan berwudhu. Demikian pula sebaliknya, dengan beriman kepada malaikat, umat islam akan menjauhi amalan-amalan yang dilaknat dan dijauhi oleh malaikat atas perintah Allah Swt. Di antara amalan-amalan tersebut adalah.  Hidup dalam kekafiran.  Melindungi orang yang mendustakan ajaran agama.  Mencaci-maki sahabat Nabi Muhammad Saw.  Mengacung-acungkan besi kepada saudaranya dengan tujuan menakut-nakuti.  Mengerjakan kemaksiatan di dalam rumah, seperti mabuk-mabukan.  Meletakkan anjing dan patung di dalam rumah. Dengan mengerjakan dan menjauhi dua macam perbuatan di atas, umat islam akan makin bertambah tebal keimanannya kepada Allah Swt. Pada akhirnya, hal itu mengangkat dan meninggikan derajat manusia itu sendiri. Harapan Kita Mengimani Para Malaikat, mengerjakan Amalan-amalan yang dido’akan oleh Malaiakat, seperti membaca Al-Qur’an, selalu Zikir Kepada Allah SWT dan mengunjungi orang yang sedang sakit, menjauhi amal-amal yang dilaknat oleh Malaikat seperti memelihara anjing dan memajang patung di dalam rumah, mencaci maki kepada sesama dan menghindari dari kekufuran

iman kepada allah

Iman kepada Allah Ta'ala maksudnya meyakini dengan pasti tentang eksistensi Allah, rububiyah, uluhiyah, nama-nama dan sifat-Nya. Iman kepada Allah Ta'ala mencakup 4 (empat) hal , siapa yang mengimani empat hal ini, maka ia telah beriman dengan sesungguhnya. Pertama: Mengimani akan eksistensi-Nya (keberadaan-Nya). Eksistensi (keberadaan) Allah Ta'ala ini dapat dibuktikan dengan dalil fitrah, akal, apalagi dalil syar'inya yang banyak sekali. Dalil Fitrah. Setiap manusia secara fitrah telah mengimani keberadaan penciptanya, tanpa didahului proses berpikir atau belajar. Dan tidak berpaling dari kenyataan ini kecuali orang yang di dalam hatinya ada penyakit. Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda : مَا مِنْ مَوْلُوْدٍ إِلاَّ يُوْلَدُ عَلىَ الْفِطْرَةِ، فَأَبَوَاهُ يُهَوِّدَانِهِ أَوْ يُنَصِّرَانِهِ أَوْ يُمَجِّسَانِهِ "Setiap anak dilahirkan dalam keadaan fitrah (suci), kedua orang tuanyalah yang menjadikan ia yahudi, nasrani atau majusi." (HR; Bukhari, no: 1358 dan Muslim, no: 2658). Dalil Akal. Setiap manusia baik yang sudah ada maupun yang akan ada, pastilah ada pencipta yang menciptakannya. Karena tidak mungkin sesuatu itu mengadakan dirinya sendiri, dan tidak mungkin pula ia ada secara tiba-tiba (spontan). Mereka tidak diciptakan tanpa ada asalnya, dan mereka tidak menciptakan dirinya sendiri. Dalilnya adalah firman Allah Ta'ala : ﴿أَمْ خُلِقُوا مِنْ غَيْرِ شَيْءٍ أَمْ هُمُ الْخَالِقُونَ﴾ "Apakah mereka ini diciptakan tanpa sesuatupun ataukah mereka yang menciptakan (diri mereka sendiri)." (Q.S; Ath Thur : 35). Yakni, mereka tidak diciptakan tanpa pencipta. Tidak pula mereka menciptakan diri sendiri. Maka dari itu tertetapkan bahwa pencipta mereka adalah Allah. Oleh karena itu pada saat Jubair bin Muth'im mendengar Nabi shallallahu alaihi wa sallam membaca surat Ath-Thur hingga ayat 37, ia berkata (waktu itu ia masih dalam keadaan kafir, "Seolah-olah hatiku terbang (meninggalkan jasad), dan itulah asal mula menetapnya iman di hati ini. HR. Bukhari. Kita ambilkan contoh untuk memperjelas persoalan ini. Jika ada seseorang yang bercerita kepadamu mengenai istana yang megah, yang dikelilingi oleh kebun-kebun indah dan mengalir di bawahnya sungai-sungai. Ruangannya dipenuhi oleh dipan dan permadani serta diperindah dengan segala warna penyempurna. Lalu ia berkata, "Istana ini dan segala isinya adalah ada dengan sendirinya, atau ada dengan spontan tanpa ada yang menciptakannya. Maka serta merta anda mengingkarinya dan mendustakan ucapannya. Jika demikian, bagaimana mungkin alam semesta yang luas, yang meliputi bumi, langit, bintang-bintang dan ciptaan yang agung, sarat dengan keteraturan, ia ada dengan sendirinya atau terjadi secara tiba-tiba tanpa ada pencipta-Nya? Dalil akal ini dapat dipahami oleh orang Arab badui yang hidupnya di pedalaman, ia ungkapkan dengan bahasanya yang sederhana saat ia ditanya, "Dengan apa engkau mengenal Tuhanmu?." Ia menjawab, "Adanya kotoran yang menandakan adanya unta, dengan bekas tapak kaki yang menunjukan adanya kafilah yang telah mengadakan perjalanan, langit yang menjulang tinggi, bumi yang terhampar luas, lautan yang berombak. Bukankah itu semua menjadi bukti adanya Dzat yang Maha Mendengar dan Maha Melihat?. Kedua; mengimani rububiyah Allah Ta'ala. Maksudnya meyakini bahwa hanya Allah Ta'ala saja sebagai Rabb, tidak ada sekutu bagi-Nya dan tidak ada yang membantu-Nya (tauhid rububiyah). Rabb artinya: Pencipta, Raja, dan Pengatur (pemelihara). Tiada pencipta, raja dan pengatur urusan makhluk selain Allah. Allah Ta'ala berfirman: ﴿أَلاَ لَهُ الْخَلْقُ وَالْأَمْرُ﴾ "Ingatlah, menciptakan dan memerintah hanyalah hak Allah." (Q.S; Al A’raf : 54). Juga firman-Nya, قُلْ مَنْ يَرْزُقُكُمْ مِنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ أَمَّنْ يَمْلِكُ السَّمْعَ وَالْأَبْصَارَ وَمَنْ يُخْرِجُ الْحَيَّ مِنَ الْمَيِّتِ وَيُخْرِجُ الْمَيِّتَ مِنَ الْحَيِّ وَمَنْ يُدَبِّرُ الْأَمْرَ فَسَيَقُولُونَ اللَّهُ فَقُلْ أَفَلَا تَتَّقُونَ (31) "Katakanlah, "Siapakah yang memberi rezeki kepadamu dari langit dan bumi, atau siapakah yang kuasa (menciptakan) pendengaran dan penglihatan, dan siapakah yang mengeluarkan yang hidup dari yang mati dan mengeluarkan yang mati dari yang hidup dan siapakah yang mengatur segala urusan?" Maka mereka akan menjawab: "Allah". Maka katakanlah "Mangapa kamu tidak bertakwa kepada-Nya)?." (QS. Yunus: 31). "Dia mengatur urusan dari langit ke bumi, kemudian (urusan) itu naik kepada-Nya dalam satu hari yang kadarnya adalah seribu tahun menurut perhitunganmu." (QS. As-Sajdah: 5). "Dia memasukkan malam ke dalam siang dan memasukkan siang ke dalam malam dan menundukkan matahari dan bulan, masing-masing berjalan menurut waktu yang ditentukan. Yang (berbuat) demikian Allah Tuhanmu, kepunyaan-Nya lah kerajaan. Dan orang-orang yang kamu seru (sembah) selain Allah tiada mempunyai apa-apa walaupun setipis kulit ari." (QS. Fathir: 13). Renungkanlah, terdapat dalam surat al Fatihah ayat yang ke-empat, "Maaliki yaumid din" (Yang menguasai hari pembalasan), dan tertera dalam qira'at mutawatir (Maliki yaumid din", kata "Malik" dibaca dengan pendek. Apabila kita padukan antara "Maaliki dengan Maliki", keduanya mengandung makna yang mengadakan. "Malik", lebih dalam maknanya daripada "Maalik" dalam kekuasaan dan kerajaan-Nya. Karena raja (di dunia) terkadang hanya "label" saja tanpa ada kekuasaan untuk berbuat yang dia kehendaki. Artinya dia tak memiliki kekuatan apapun untuk mengatur urusan apapun. Maka pada saat itu ia menjadi raja, tetapi bukanlah raja yang sesungguhnya. Maka jika Allah adalah "Maalik" dan "Malik", maka sempurnalah Dia sebagai Penguasa, dan Pengatur urusan (makhluk-Nya). Ketiga; mengimani uluhiyah Allah. Maksudnya Dia adalah sesembahan yang haq, tiada sekutu bagi-Nya. Ilah artinya; Dzat yang pantas disembah dengan penuh kecintaan dan pengagungan. Allah Ta'ala berfirman : ﴿وَإِلَهُكُمْ إِلَهٌ وَاحِدٌ لاَ إِلَهَ إِلَّا هُوَ الرَّحْمَنُ الرَّحِيمُ﴾ "Dan Tuhanmu adalah Tuhan yang Maha Esa, dan tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkani Dia, yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang." (Q.S; Al Baqarah :163). "Allah menyatakan bahwasanya tidak ada Tuhan melainkan Dia (yang berhak disembah), Yang menegakkan keadilan. Para Malaikat dan orang-orang yang berilmu (juga menyatakan yang demikian itu). Tak ada Tuhan melainkan Dia (yang berhak disembah), Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana." (QS. Ali Imran: 18). Setiap tuhan yang disembah selain Allah, maka penyembahannya adalah bathil. Allah berfirman, ذَلِكَ بِأَنَّ اللَّهَ هُوَ الْحَقُّ وَأَنَّ مَا يَدْعُونَ مِنْ دُونِهِ هُوَ الْبَاطِلُ وَأَنَّ اللَّهَ هُوَ الْعَلِيُّ الْكَبِيرُ (62) "(Kuasa Allah) yang demikian itu, adalah karena sesungguhnya Allah, Dialah (Tuhan) Yang Haq dan sesungguhnya apa saja yang mereka seru selain dari Allah, itulah yang batil, dan sesungguhnya Allah, Dialah Yang Maha Tinggi lagi Maha Besar." (QS. Al Hajj: 62). Sesembahan selain Allah disebut dengan 'alihah' tidak memberikan hak kepadanya untuk diibadahi. Allah berfirman terkait dengan "Latta" dan "Uzza" (yang disembah oleh masyarakat Quraisy), "Itu tidak lain hanyalah nama-nama yang kamu dan bapak-bapak kamu mengadakannya; Allah tidak menurunkan suatu keteranganpun untuk (menyembah)nya. Mereka tidak lain hanyalah mengikuti sangkaan-sangkaan, dan apa yang diingini oleh hawa nafsu mereka dan sesungguhnya telah datang petunjuk kepada mereka dari Tuhan mereka." (QS. An Najm: 23). Allah Ta'ala mengisahkan Nabi Yusuf alaihis salam yang sewaktu di penjara berkata kepada temannya, "Kamu tidak menyembah yang selain Allah kecuali hanya (menyembah) nama-nama yang kamu dan nenek moyangmu membuat-buatnya. Allah tidak menurunkan suatu keteranganpun tentang nama-nama itu. Keputusan itu hanyalah kepunyaan Allah. Dia telah memerintahkan agar kamu tidak menyembah selain Dia. Itulah agama yang lurus, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui." (QS. Yusuf: 40). Tiada sesuatupun yang berhak untuk diesakan dan disembah selain Allah. Dan tak satupun yang bersekutu dengan Allah dalam kepantasan mendapatkan hak untuk diibadahi. Baik itu malaikat yang dekat dengan Allah, tidak pula Nabi yang diutus. Untuk itu dakwah para Rasul dari yang pertama sampai yang terakhir, seluruhnya mengajak umatnya untuk merealisasikan 'laa ilaaha illallah'. Allah Ta'ala berfirman, وَمَا أَرْسَلْنَا مِنْ قَبْلِكَ مِنْ رَسُولٍ إِلَّا نُوحِي إِلَيْهِ أَنَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا أَنَا فَاعْبُدُونِ (25) "Dan Kami tidak mengutus seorang rasulpun sebelum kamu melainkan Kami wahyukan kepadanya: "Bahwasanya tidak ada Tuhan (yang hak) melainkan Aku, maka sembahlah olehmu sekalian akan Aku." (QS. Al Anbiya': 25). وَلَقَدْ بَعَثْنَا فِي كُلِّ أُمَّةٍ رَسُولًا أَنِ اعْبُدُوا اللَّهَ وَاجْتَنِبُوا الطَّاغُوتَ فَمِنْهُمْ مَنْ هَدَى اللَّهُ وَمِنْهُمْ مَنْ حَقَّتْ عَلَيْهِ الضَّلَالَةُ فَسِيرُوا فِي الْأَرْضِ فَانْظُرُوا كَيْفَ كَانَ عَاقِبَةُ الْمُكَذِّبِينَ (36) "Dan sungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan): "Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thaghut itu", maka di antara umat itu ada orang-orang yang diberi petunjuk oleh Allah dan ada pula di antaranya orang-orang yang telah pasti kesesatan baginya. Maka berjalanlah kamu dimuka bumi dan perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang mendustakan (rasul-rasul)." (QS. An Nahl: 36). Akan tetapi orang-orang musyrik enggan dan menolak ajakan dan dakwah ini, bahkan mereka menjadikan sekutu-sekutu bagi Allah. Mereka menyembah sekutu-sekutu Allah tersebut, mereka minta pertolongan dan bantuan kepadanya. Keempat; mengimani nama-nama dan sifat Allah. Maksudnya; Menetapkan nama-nama Allah Ta'ala dan sifat-sifat-Nya, sebagaimana yang telah ditetapkan Allah untuk-Nya dalam kitab-Nya, atau melalui lisan Nabi-Nya dalam hadits-haditsnya, dengan tanpa mengubah makna, meniadakan, menanyakan bagaimana hakikatnya dan menyerupakannya. Allah Ta'ala berfirman : ﴿وَلِلَّهِ الأَسْمَاءُ الْحُسْنَى فَادْعُوهُ بِهَا﴾ "Hanya milik Allah asma'ul husna, maka bermohonlah kepada-Nya dengan menyebut asma'ul husna itu." (QS; Al A'raf : 180). Ini merupakan dalil yang menunjukan adanya nama-nama bagi Allah. Sedangkan firman-Nya, وَهُوَ الَّذِي يَبْدَأُ الْخَلْقَ ثُمَّ يُعِيدُهُ وَهُوَ أَهْوَنُ عَلَيْهِ وَلَهُ الْمَثَلُ الْأَعْلَى فِي السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَهُوَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ (27) "Dan Dialah yang menciptakan (manusia) dari permulaan, kemudian mengembalikan (menghidupkan)nya kembali, dan menghidupkan kembali itu adalah lebih mudah bagi-Nya. Dan bagi-Nya-lah sifat yang Maha Tinggi di langit dan di bumi; dan Dialah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana." (QS. Ar Rum: 27). Ayat ini menunjukan sifat-sifat Allah Ta'ala yang Maha Sempurna. Hal yang demikian itu karena "al matsalul a'la" adalah sifat yang sempurna. Kedua ayat di atas, secara umum menunjukan nama-nama dan sifat-sifat Allah, sedangkan secara rinci, tersebut dalam banyak ayat dan hadits Nabi shallallahu alaihi wa sallam. Nama-nama dan sifat Allah merupakan bagian dari salah satu pintu ilmu. Maksudnya, bab nama-nama dan sifat Allah merupakan perkara yang paling banyak diperselisihkan oleh umat Islam, di mana umat ini berbeda pendapat dalam masalah ini dengan perbedaan yang cukup luas. Dan sikap kita terhadap perbedaan ini adalah kembali kepada perintah Allah Ta'ala, yakni merujuk kepada al Qur'an dan Sunnah, "Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya." (QS. An Nisa': 59). Berdasarkan ayat di atas, bahwa setiap perselisihan dan perbedaan pendapat kita kembalikan kepada Allah (al Qur'an) dan kepada Sunnah Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam, dengan berpedoman pada pemahaman salafus shalih, dari para sahabat dan tabi'in terkait dengan ayat-ayat di atas (nama-nama dan sifat Allah). Karena mereka adalah generasi umat ini yang paling mengetahui maksud kalam Allah dan sabda Nabi mereka. Benarlah apa yang pernah dikatakan oleh Abdullah bin Mas'ud radhiallahu anhu menggambarkan tentang para sahabat, "Jika kalian ingin mengikuti Sunnah, maka ikutilah Sunnah orang yang telah wafat. Karena yang masih hidup belum aman dari sapaan fitnah, mereka itulah para sahabat Muhammad, yang paling bersih hatinya, dalam ilmunya, paling sedikit kelemahannya. Suatu kaum yang Allah telah memilih mereka untuk menegakkan agama-Nya, menyertai Nabi-Nya. Oleh karena itu, kenalilah hak-hak mereka, berpegang teguhlah dengan petunjuk mereka. Karena mereka senantiasa berada dalam petunjuk dan jalan yang lurus." Barangsiapa yang menyelisihi manhaj salaf dalam masalah asma dan sifat Allah, maka ia telah keliru dan tersesat jalannya serta telah mengikuti jalan yang tidak dilalui oleh orang-orang mukmin dan ia berhak mendapatkan ancaman Allah Ta'ala: "Dan barangsiapa yang menentang Rasul sesudah jelas kebenaran baginya, dan mengikuti jalan yang bukan jalan orang-orang mukmin, Kami biarkan ia leluasa terhadap kesesatan yang telah dikuasainya itu dan Kami masukkan ia ke dalam Jahannam, dan Jahannam itu seburuk-buruk tempat kembali." (QS. An Nisa: 115). Dalam ayat yang lain, Allah mensyaratkan petunjuk-Nya bagi orag-orang yang beriman seperti imannya para sahabat Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam. "Maka jika mereka beriman kepada apa yang kamu telah beriman kepadanya, sungguh mereka telah mendapat petunjuk; dan jika mereka berpaling, sesungguhnya mereka berada dalam permusuhan (dengan kamu). Maka Allah akan memelihara kamu dari mereka. Dan Dialah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui." (QS. Al Baqarah: 137). Siapa yang menentang dan menjauhi manhaj salaf, maka berarti ia telah menjauhi hidayah Allah untuknya sebatas ia menjauhi manhaj salaf dalam bab nama-nama dan sifat Allah ini. Untuk itu, wajib bagi kita dalam bab asma' dan sifat Allah; menetapkan bagi Allah nama-nama dan sifat yang telah ditetapkan untuk Diri-Nya atau yang telah ditetapkan oleh Rasul-Nya, dan memahami nash Kitab dan Sunnah (dalam masalah ini) secara tekstual, mengimaninya seperti yang diimani oleh para sahabat Nabi, mereka adalah umat yang terbaik dan paling memahami ilmunya. Yang perlu kita waspadai adalah, ada empat larangan yang apabila kita terjatuh pada salah satunya, maka tidak akan terwujud makna iman kepada nama-nama dan sifat Allah. Yakni; merubah nakna, mengingkarinya, menyerupakan dengan sifat-sifat makhluk-Nya dan menanyakan bagaimana hakikatnya. 1. At Tahrif (merubah maknanya). Maksudnya merubah makna nash dari al Qur'an dan Sunnah dari makna yang sebenarnya (nama-nama dan sifat Allah) kepada makna lain, yang tidak Allah dan Rasul-Nya kehendaki. Misalnya, merubah makna "Tangan" dalam banyak nash, dan artinya dirubah menjadi "nikmat" dan "kekuatan". 2. At Ta'thil (meniadakan atau mengingkari). Maksudnya meniadakan nama-nama dan sifat Allah seluruhnya atau mengingkari sebagiannya. Setiap orang yang menafikan nama-nama dan sifat Allah yang tersebut dalamal Qur'an dan Sunnah, maka berarti ia tidak mengimani nama-nama dan sifat Allah secara benar. 3. At Tamtsil (menyerupakan). Maksudnya menyerupakan sifat Allah dengan sifat makhluk-Nya. Seperti memaknai tangan Allah seperti tangan makhluk-Nya. Atau Allah mendengar seperti cara mendengarnya makhluk. Atau Allah bersemayam di atas Arsy seperti bersemayamnya makhluk di atas kursi dan seterusnya. Tidak diragukan lagi, bahwa menyerupakan sifat Allah dengan sifat makhluk-Nya adalah munkar dan bathil. Allah Ta'ala berfirman: لَيْسَ كَمِثْلِهِ شَيْءٌ وَهُوَ السَّمِيعُ الْبَصِيرُ (11) "Tidak ada sesuatupun yang serupa dengan Dia dan Dia-lah yang Maha Mendengar lagi Maha Melihat." (QS; Asy Syura : 11). 4. At Takyif (menanyakan bagaiman hakikatnya). Yakni menetapkan bagaimana sifat-sifat Allah dan hakikatnya, di mana seseorang berusaha dengan hati dan lisannya menggambarkan seperti apa sifat Allah dan hakikatnya. Ini merupakan sesuatu yang bathil secara mutlak, di mana mustahil manusia mengetahui hal tersebut, sedangkan Allah telah berfirman: "Sedang ilmu mereka tidak dapat meliputi ilmu-Nya." (QS. Thaha: 110). Barang siapa yang mampu menghindari empat larangan dalam masalah nama-nama dan sifat Allah, maka ia telah menyempurnakan imannya kepada Allah Ta'ala. Kita memohon kepada Allah, agar Dia meneguhkan iman kita hingga kita menghadap-Nya di atas iman tersebut. Wallahu a'lam bishawab. Lihat; syarh arkanil iman, syekh Muhammad bin Shalih Al Utaimin rahimahullah.. Soal Jawab Tentang Islam Aqidah Ibadah Muamalah. Adat (Kebiasaan). fatawa lainnya. » Apakah Dibolehkan Bertayamum Dengan Memakai Tanah Liat. » Seseorang Mencintai Gadis Hingga Keduanya Berpacaran Dia Ingin Merayakannya. » Apakah Diwajibkan Untuk Menumbuhkan Rasa Cinta Antara Suami Istri ?. » Duduk Berlama-lama Di WC Dan Membaca Di Dalamnya. » Dibolehkan Mengusap Khuf Dengan Kain Atau Orang Lain Mengusapkannya. » Keluarga Besar Seorang Suami Menginginkan Agar Dia Menceraikan Istrinya Namun Suami Tersebut Tidak Mau Melakukannya. » Tidak Mengapa Orang Yang Bertayammum Menjadi Imam Bagi Orang Yang Berwudhu. » Bagaimana Seorang Muslim Berinteraksi Dengan Keluarganya Yang Kafir. » Hadiah Perlombaan Pada Acara-acara Bid’ah. » Usia Wanita Yang Lebih Tua Dari Laki-Laki Tidak Boleh Jadi Penghalang Pernikahan