Entri Populer

Jumat, 12 Desember 2014

cara belajar agama yang asyik

Dewasa ini, remaja sering dikaitkan dengan kenakalan, pelanggaran, dan perilaku negatif lainnya. Sekolah sebagai wahana mendidik siswa memiliki tanggung jawab yang besar dalam mengawal perilaku siswa hingga menjadi manusia yang berakhlak mulia. Salah satunya adalah melalui pelajaran Pendidikan Agama Islam yang di dalamnya mengajarkan tata cara beribadah dan berperilaku/berakhlak yang baik. Namun, di sisi lain siswa seringkali menganggap sepele terhadap pelajaran tersebut, karena dianggap pelajaran kurang penting karena bukan pelajaran yang masuk kategori ujian nasional (UN).
Keadaan ini memacu guru untuk membelajarkan PAI dengan cara yang menyenangkan, agar dapat doterima oleh siswa. Mengingat PAI merupakan pondasi bagi perjalanan hidup anak-anak ke depan. Guru memilih metode kuantum sebagai cara untuk membelajarkan PAI, karena konsep metode kuantum adalah mendekatkan dunia sebenarnya ke dalam dunia siswa dan membawa dunia siswa ke dunia yang sebenarnya.
Kegiatan pembelajaran diawali dengan proses TUMBUHKAN, yakni menumbuhkan rasa ingin tahu siswa melalui pertanyaan-pertanyaan pancingan dan menumbuhkan motivasi belajar siswa dengan menunjukkan fakta-fakta tentang remaja saat ini. Proses kedua yaitu ALAMI, yakni selama proses belajar mengajar siswa dimintan memakai lima kata ajaib yang harus sering digunakan yaitu: salam, maaf, tolong, permisi, dan terima kasih. Tahap ketiga adalah DEMONSTRASIKAN, yakni mendemonstrasikan bersama topik/KD pembelajaran dengan cara berkelompok dan individu. Tahap keempat adalah ULANGI, siswa diminta mengulangi kembali apa-apa yang telah dipahami. Tahap terakhir adalah RAYAKAN, yakni memberikan penghargaan atas keberhasilan proses belajar. Perayaan bisa dilakukan dengan tepuk tangan bersama, menyanyi bersama, atau memberi penghargaan lainnya disesuaikan dengan situasi dan kondisi saat pembelajaran.

Siswa praktik mengafani jenazah

Siswa praktik shalat jenazah

Siswa melakukan presentasi

Siswa praktik menjadi dai/penceramah
Setelah seluruh proses terlampaui, guru meminta siswa memberi kesan terhadap pembelajaran dan terhadap gurunya. Respon siswa terhadap guru, siswa menganggap guru tidak muda marah, menerangkan dengan jelas, humoris, mau membantu siswa, komunikatif dengan siswa, perhatian kepada siswa, tidak pilih kasih, tegas tapi tidak kaku, memiliki disiplin tinggi serta menguasai materi. Siswa merasa senang belajar dan termotivasi selama pembelajaran, mereka bangga bila dapat menjalankan perennya dengan baik ketika mendemonstrasikan, mereka pun merasa lebih memahami materi yang dipraktikkan bersama. (WAPIK-Unesa/arm).